Friday, July 4, 2014

Ramadhan Bulan penuh Berkah



Ramadhanku, Muhasabahku










Di siang hari yang begitu terik, sepulang dari sekolah seorang anak laki-laki belasan tahun langsung bergegas keluar rumah.Namun, suara ibunya yang tiba-tiba muncul mampu menahan langkah kakinya. “Mau kemana, Fadhil?” tanya sang ibu.
“Fadhil mau main ke rumah Reihan, Bu,” jawab Fadhil
“Dhil, sholat dzuhur dulu. Setelah itu makan siang dan baiknya kamu istirahat”, ujar ibunya
“Nanti saja, Bu. Fadhil buru-buru sekali”, ujar Fadhil.
“Astagfirullah, Fadhil. Sholat itu tiang agama dan sebagai umat muslim kita wajib melaksanakannya. Selagi masih bisa disegerakan, jangan menunda waktu sholat. Di usia kamu sekarang, kamu sudah menanggung dosa kamu sendiri jadi ibu mohon kamu perbaiki sholatmu yang masih bolong-bolong itu. Apalagi lusa kita akan menyambut bulan suci Ramadhan, maka dari itu mari benahi amal ibadah kita,” tutur ibunya.
“Tetapi Fadhil sudah terlanjur janji dengan teman, jadi harus segera ke sana.Fadhil berangkat ya, Bu. Assalamualaikum, ujar Fadhil sambil mencium tangan ibunya.
Fadhil tak menghiraukan ucapan ibunya yang masih terus menghimbaunya.Dia berlalu begitu saja melangkah keluar rumah.Dengan suara lembut sambil mengusap dada, ibunya menjawab “Waalaikumussalam, semoga kebaikan senantiasa menyertaimu, Nak.”
***
Ketika di tengah perjalanan, Fadhil melihat begitu banyak orang berkumpul di tepi jalan.Sekilas Fadhil mendengar desas-desus bahwa ada peristiwa tabrak lari. Fadhil pun segera menyeruak ke dalam kerumunan tersebut dan betapa terperanjatnya ia ketika mengetahui bahwa yang ternyata menjadi korban tabrak lari  itu adalah seseorang yang ia kenal, Reihan.Keadaan Reihan yang terkulai lemah dengan tatapan mata yang mengarah pada Fadhil itu seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu.Fadhil segera mendekat dan saat itu Reihan berkata, “Dhil… aku minta maaf.Tolong jaga ibuku seperti kau jaga ibumu sendiri.Berikan kenangan sebaik mungkin untuk orang-orang yang pernah mengenalmu karena hidup pasti berakhir dan menjadi kenangan.”Bersamaan dengan itu, Reihan menghembuskan nafas terakhirnya.