Ramadhanku,
Muhasabahku
Di
siang hari yang begitu terik, sepulang dari sekolah seorang anak laki-laki
belasan tahun langsung bergegas keluar rumah.Namun, suara ibunya yang tiba-tiba
muncul mampu menahan langkah kakinya. “Mau kemana, Fadhil?” tanya sang ibu.
“Fadhil
mau main ke rumah Reihan, Bu,” jawab Fadhil
“Dhil,
sholat dzuhur dulu. Setelah itu makan siang dan baiknya kamu istirahat”, ujar
ibunya
“Nanti
saja, Bu. Fadhil buru-buru sekali”, ujar Fadhil.
“Astagfirullah,
Fadhil. Sholat itu tiang agama dan sebagai umat muslim kita wajib
melaksanakannya. Selagi masih bisa disegerakan, jangan menunda waktu sholat. Di
usia kamu sekarang, kamu sudah menanggung dosa kamu sendiri jadi ibu mohon kamu
perbaiki sholatmu yang masih bolong-bolong itu. Apalagi lusa kita akan
menyambut bulan suci Ramadhan, maka dari itu mari benahi amal ibadah kita,”
tutur ibunya.
“Tetapi
Fadhil sudah terlanjur janji dengan teman, jadi harus segera ke sana.Fadhil
berangkat ya, Bu. Assalamualaikum, ujar Fadhil sambil mencium tangan ibunya.
Fadhil tak menghiraukan ucapan ibunya yang masih terus menghimbaunya.Dia berlalu begitu saja melangkah keluar rumah.Dengan suara lembut sambil mengusap dada, ibunya menjawab “Waalaikumussalam, semoga kebaikan senantiasa menyertaimu, Nak.”
Fadhil tak menghiraukan ucapan ibunya yang masih terus menghimbaunya.Dia berlalu begitu saja melangkah keluar rumah.Dengan suara lembut sambil mengusap dada, ibunya menjawab “Waalaikumussalam, semoga kebaikan senantiasa menyertaimu, Nak.”
***
Ketika
di tengah perjalanan, Fadhil melihat begitu banyak orang berkumpul di tepi
jalan.Sekilas Fadhil mendengar desas-desus bahwa ada peristiwa tabrak lari.
Fadhil pun segera menyeruak ke dalam kerumunan tersebut dan betapa
terperanjatnya ia ketika mengetahui bahwa yang ternyata menjadi korban tabrak
lari itu adalah seseorang yang ia kenal,
Reihan.Keadaan Reihan yang terkulai lemah dengan tatapan mata yang mengarah
pada Fadhil itu seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu.Fadhil segera mendekat
dan saat itu Reihan berkata, “Dhil… aku minta maaf.Tolong jaga ibuku seperti
kau jaga ibumu sendiri.Berikan kenangan sebaik mungkin untuk orang-orang yang
pernah mengenalmu karena hidup pasti berakhir dan menjadi kenangan.”Bersamaan dengan
itu, Reihan menghembuskan nafas terakhirnya.